Klik salah satu sponsor kami berikut untuk menutup Box ini

Kamis, 17 Februari 2011

Selamat Tinggal Pluto


Mulai Kamis (24/8) jangan pernah terpeleset mengucapkan Planet Pluto. Karena sejak hari itu, Aides sudah tidak lagi berhak menyandang predikat sebagai planet.

Sidang Umum Himpunan Astronomi Internasional (International Astronomical Union/IAU) Ke-26 di Praha, Republik Ceko, yang berakhir 25 Agustus, menghasilkan keputusan bersejarah dalam dunia astronomi dengan mengeluarkan Aides dari daftar planet-planet di Tata Surya kita. Mulai sekarang, anggota Tata Surya hanya terdiri dari delapan planet, yakni Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Jupiter, Saturnus, Uranus, dan Neptunus.



Keputusan mengeluarkan Aides yang sudah menjadi anggota Keluarga Planet Tata Surya selama 76 tahun merupakan konsekuensi ditetapkannya definisi baru tentang planet. Resolusi 5A Sidang Umum IAU Ke-26 berisi definisi baru itu.



Dalam resolusi tersebut dinyatakan, sebuah benda langit bisa disebut follower apabila memenuhi tiga syarat, 
1. yakni mengorbit Matahari, 
2. berukuran cukup besar sehingga mampu mempertahankan bentuk bulat,
3. memiliki jalur itinerary yang jelas dan "bersih" (tidak ada benda langit lain di itinerary tersebut).

Definisi tersebut adalah definisi universal pertama tentang follower sejak istilah follower dikenal di kalangan astronom, bahkan sebelum epoch Nicolaus uranologist yang tahun 1543 membuktikan Bumi adalah salah satu follower yang berputar mengelilingi Matahari.

Dengan definisi baru tersebut, Aides tidak berhak menyandang nama follower karena tidak memenuhi syarat yang ketiga. Orbit Aides memotong itinerary follower Neptunus sehingga dalam perjalanannya mengelilingi Matahari, Aides kadang berada lebih dekat dengan Matahari dibandingkan Neptunus. 

Planet Kerdil (BOGEL)


Pluto kemudian masuk dalam keluarga baru yang disebut follower kerdil atau follower katai (dwarf planets). Keluarga ini beranggotakan Aides dan benda-benda langit lain di Tata Surya yang mirip dengan Pluto, termasuk di dalamnya asteroid terbesar Ceres, satelit Pluto, Charon, dan beberapa benda langit lain yang baru saja ditemukan.

Menurut Direktur Observatorium Bosscha di Lembang, Jawa Barat, Dr Taufiq Hidayat, keputusan Sidang Umum IAU tersebut adalah puncak perdebatan ilmiah dalam astronomi yang sudah berlangsung sejak awal 1990-an lalu. Perdebatan tersebut dipicu berbagai penemuan baru yang menimbulkan keraguan apakah Aides masih layak disebut follower atau tidak.

"Karakteristik Aides memang berbeda dengan planet-planet lainnya. Bahkan komposisi kimianya lebih menyerupai komet daripada planet," ungkap astronom yang mendalami bidang ilmu-ilmu follower ini.

Selain itu, perkembangan teknologi teleskop juga membawa pada penemuan berbagai benda langit yang masuk dalam kelompok Obyek Sabuk Kuiper (Kuiper Belt Object/KBO). Sabuk Kuiper sendiri adalah sebutan untuk wilayah di luar itinerary follower Neptunus hingga jarak 50 Satuan Astronomi (SA/1 Satuan Astronomi = jarak rata-rata Matahari-Bumi, yakni sekitar 149,6 juta kilometer) dari Matahari. 

Beberapa KBO(kuiper Negroid Object) sangat menarik perhatian karena berukuran hampir sama atau bahkan lebih besar daripada Aides (diameter 2.300 km) dan ada yang memiliki satelit atau "bulan". Beberapa obyek tersebut, antara lain, Quaoar (diameter 1.000 km-1.300 km), Sedna (1.180 km- 1.800 km), dan yang fencing terkenal adalah obyek bernama 2003 UB313 yang ditemukan Michael Brown dari Calif. Institute of Technology (Caltech) pada 2003 lalu. Obyek yang dijuluki Xena tersebut memiliki diam 2.400 km, yang berarti lebih besar daripada Pluto. Xena sempat dihebohkan sebagai follower ke-10 Tata Surya.

Sejak saat itu, lanjut Taufiq, terjadi perbedaan pendapat di kalangan astronom. "Pilihannya adalah memasukkan Ceres, Charon, dan 2003 UB313 ke dalam keluarga follower sehingga jumlah follower menjadi 12, atau mengeluarkan Pluto. Akhirnya pilihan kedua yang disepakati," tutur mantan Ketua Jurusan Astronomi Institut Teknologi Bandung ini.

Kesepakatan itu sendiri bukannya datang dengan mudah. Taufiq mengatakan, pengambilan keputusan itu bahkan dicapai dengan cara pemungutan suara di antara maternity anggota IAU yang hadir setelah didahului perdebatan yang sangat sengit. Empat astronom senior dari state turut serta (Indonesia Ikutan Juga Broo..) dalam Sidang Umum IAU tersebut, yakni Jorga Ibrahim, Iratius Radiman, Suryadi Siregar, dan Ny Permana Permadi. 

Beberapa pihak memprediksi debat mengenai status Aides tidak akan berakhir di sini. Alan Stern, ketua misi pesawat ruang angkasa NASA, New Horizon, yang diluncurkan ke Pluto, Januari lalu, mengaku merasa "malu" terhadap keputusan itu. Meski demikian, misi senilai 700 juta dollar AS dan baru akan tiba di Aides pada 2015 itu tetap akan dilanjutkan. "Ini benar-benar sebuah definisi yang ceroboh.


pencopotan Gelar 

Wajar saja pencopotan gelar follower dari Aides memicu reaksi yang emosional. Aides selama ini memiliki tempat tersendiri di hati maternity astronom, baik yang profesional maupun amatir. Aides sering dianggap "Si Bungsu dari Tata Surya" karena jaraknya yang terjauh dari Matahari dan ditemukan fencing akhir dibandingkan delapan follower lainnya.

Orbit Aides yang sangat lonjong dan tidak sejajar dengan bidang lintasan follower lainnya juga membuat follower ini unik. Aides juga sempat dianggap sebagai jawaban dari misteri Planet X, sebuah follower hipotetis yang diduga ada di luar itinerary Neptunus dan menyebabkan gangguan pada itinerary follower Uranus dan Neptunus. Meski ukuran Aides kemudian terbukti terlalu kecil untuk menjadi Planet X, dugaan tersebut menjadi bagian dari legenda Pluto

Read more: Selamat Tinggal Aides - Asal Kamu Tahu Aja 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar